“Hari ini kita explore Yokohama gimana bro?
Nanti kita bisa ke Ramen Museum. Ketemu di stasiun shin-yokohama jam 10 pagi.”
Sebuah chat yang ditunggu-tunggu akhirnya masuk juga ke ponsel ane beberapa
saat ketika ane menginjakan kaki di Jepang (baca: baru mendarat di bandara Haneda).
Beberapa hari sebelumnya ane sudah ngontak temen-temen ane yang berada di
Jepang, buat nyari-nyari informasi, minta petunjuk, dan minta arahan.
Beruntungnya temen ane yang satu ini berbaik hati mau meluangkan waktu untuk
ber-silahturahim dengan ane di negeri sakura sana. Untuk masalah tempat dan
rute ane serahin sepenuhnya ke dia. Awalnya ane mengira kita akan reunian di
Tokyo, namun ternyata Yokohama-lah yang menjadi tempat tujuan kami. Ini sekaligus
menjadi kota pertama yang akan ane explore di Jepang. Lanjuuut :D
Naik kereta di halte bus
Stasiun shin-yokohama? Dimana
pula itu? Ane yang baru saja landing di Haneda langsung kelimpungan,
nanya-nanya ke bagian informasi bandara. Sebenarnya temen ane udah ngebantu dengan
ngasih screnshot rute-rute kereta dari Haneda ke Shin-Yokohama. Apa daya, ane
tetap nge-blank karena belum pernah sekalipun naik kereta di Jepang. Tiket pun
akhirnya ane pesan, untuk keberangkatan dari Haneda jam 08.55, sampai di
stasiun shin-yokohama jam 09.40. Kala itu ane sempat menikmati sejenak suasana
terik matahari pagi di balik dinding kaca bandara. Betapa cerah dan indah nya pagi itu. Ane lirik sekilas jam tangan,
udah hampir jam 8 pagi. Waktunya bergerak!
View pemandangan winter nan cerah dari balik dinding kaca bandara |
Ketika keluar dari bandara menuju
stasiun kereta yang dimaksud ane sempat bingung. Rute yang ane lewatin adalah
melulu rute jalan aspal, ga ada satupun penampakan rel kereta ataupun tanda-tanda
stasiun kereta. Nah lho? Setelah beberapa menit berjalan kaki, akhirnya ane
menemukan satu-satu nya petugas penjaga yang lagi stand by di sebuah halte bus,
rela berdingin-ria di luar sana demi menjalankan tugasnya. Eeh bukannya makin ngerti,
justru malah bikin ane makin bingung. Petugas tersebut ngomongnya full pakai
bahasa jepang, sama sekali ga bisa bahasa inggris. Sebaliknya ane ngomong pake
bahasa inggris, sama sekali ga bisa bahasa jepang. Alhasil terjadilah komunikasi
alot dua bahasa yang ga nyambung-nyambung antara ane dan petugas. Hingga keluarlah
bahasa persatuan kita bersama: bahasa tarzan! Berkat anggukan mantap dari
petugas tersebut ketika ane menyebutkan kata “shin-yokohama” dan menunjukkan
waktu keberangkatan yang tertera di tiket, akhirnya ane pasrah menunggu saja
disana. Walaupun ane masih bingung dengan semua kondisi kejadian pagi ini @_@
Tepat 3 menit menjelang waktu
keberangkatan yang tertera di tiket, datanglah sebuah bus di halte tersebut.
Dengan bahasa isyarat yang mantap, petugas mempersilahkan ane naik ke bus
tersebut. Bersyukur banget di dalam bus akhirnya ane menemukan sosok orang
kedua buat konfirmasi tujuan ane: sopir bus! Sayang sekali sopir bus nya juga
ga bisa ngomong bahasa inggris, semua serba bahasa jepang...huaaaa...T.T Tepat
jam 08.55 bus berangkat. Tidak ada penumpang lain, hanya ane sendirian di dalam bus. Waktu itu penjelasan yang paling masuk akal dipikiran
ane kira-kira seperti ini: ini bus hanyalah semacam kendaran penghubung saja antara
bandara ke stasiun kereta, jadi nanti ane mesti siap-siap nyambung naik kereta
lagi ke shin-yokohama.
Sepanjang perjalanan dari Haneda |
Setelah hampir 1 jam berada di
dalam bus dan sampai di shin-yokohama, ane baru sadar ane telah kejebak
mentah-mentah! Yang ane beli tadi bukanlah tiket kereta pemirsah, tapi itu
adalah tiket bus langsung haneda – shin-yokohama. Karena memang ada dua jalur alternatif
transportasi yang bisa digunakan: jalur kereta dan jalur bus. Namun sesuai
tanggapan dari temen ane, justru ane beruntung milih naik bus karena lebih
cepat dan lebih praktis, dibandingkan kalau naik kereta itu lebih ribet rutenya,
ane mesti nyambung-nyambung. Mesti naik-turun sekitar 2-3 jalur kereta, Belum
lagi jika dapet bonus nyasar, bisa muter-muter tujuh keliling tuh..wakwkwk.. Hmm,
pilihan bagus yang tidak disengaja. Syukurlah kalo begitu :)
Shin-Yokohama.
Inilah kali pertama ane merasakan
suasana hiruk-pikuk di salah satu stasiun kereta di Jepang. Semua orang jepang
rata-rata jalan kaki nya pada ngebut gan. Sewaktu jalan ngelihatnya cuma lurus
ke depan dan ga banyak ngobrol ngalor-ngidul. Kelihatan orang-orangnya pada
cuek dengan kondisi sekitar. Jangan kaget jika tiba-tiba agan berhenti cuma buat
ngebenerin tali sepatu misalnya, agan bisa saja ketabrak (baca: ditabrak) sama
orang lain yang lagi melaju dengan kecepatan tinggi..(pengalaman pribadi..hehe..).
Setelah beberapa menit menunggu di exit gate sambil menikmati suasana stasiun,
akhirnya temen ane datang juga. Waktu nya berangkat! :D
Portal stasiun shin-yokohama |
Dari stasiun shin-yokohama, kami
tinggal berjalan kaki ke Ramen Museum. Selama perjalanan ane benar-benar
surprise dengan kondisi tata kota disana. Benar-benar amazing. Agak sulit
sebenarnya untuk digambarkan dalam bentuk kata-kata. Kesan yang ane rasakan
waktu itu: kota ini benar-benar rapi dan teratur. Sepanjang jalan benar-benar
bersih, bebas dari sampah berserakan. Yang bikin ane takjub selain dari segi
tata kota yang serba teratur, warna-warna bangunan pun sepertinya juga di atur
sedemikian rupa. Warna bangunan disana ga jauh-jauh dari warna abu-abu (seperti
batu kali), warna krem (seperti pasir pantai), warna coklat muda (seperti
tanah), warna merah bata (seperti batu bata) dan warna-warna alam lainnya. Jadi
memperhatikan bangunan disana, seolah-olah bangunan-bangunan tersebut seperti
menyatu dengan alam. Ga ada satu bangunanpun tampil dengan warna nyentrik yang
menyolok mata. Pemandangan yang sama juga ane temui diberbagai area kota disepanjang
rute yang ane lalui di Yokohama. Benar-benar tata kota yang indah :)
Shin-Yokohama (1) |
Shin-Yokohama (2) |
Shin-Yokohama (3) |
Ramen Museum
Ane bukanlah kategori orang yang
senang jalan-jalan ke museum. Namun nama yang satu ini terus terang menggelitik
rasa penasaran ane. Konsep bisnis wisata yang disajikan sangat unik,
menggabungkan antara konsep edukasi (museum) dengan konsep kuliner (ramen).
Kreatif abis!
Ramen Museum tampak depan [pict: gaijinlife.wordpress.com] |
Entri Ramen Museum [pict: jalan2kejepang.com] |
Ramen Museum (1) [pict: jalan2kejepang.com] |
Ramen Museum (2) [pict: jalan2kejepang.com] |
Ramen Museum (3) [pict: jalan2kejepang.com] |
Di pamerkan juga informasi
sejarah ramen mulai dari sejarah ramen versi jadul banget, versi setengah jadul
hingga versi modern. Berkat baca-baca tulisan di setiap stand yang ada,
pemahaman ane mengenai ramen pun semakin bertambah tetap nge-blank. Tetap
aja ane ga ngerti apa-apa tentang ramen, karena mayoritas semua informasi
ditulis dalam bahasa Jepang. *hammer*
Varian Ramen terbaik dari berbagai penjuru Jepang [pict: jpninfo.com] |
Jajanan Ringan Tempo Doeloe
Walaupun topiknya ramen,
kenyataannya tidak semua stand melulu berisi ramen. Salah satu stand menarik
perhatian ane. Stand tersebut berisi beragam jajanan jepang tempo doeloe. Semua
dikemas dalam kemasan unik dan menarik. Ingin rasanya membeli salah satu
jajanan, namun ane mesti berhemat. Ga lucu kan baru hari pertama ane sudah
kehabisan uang saku. Lagi pula dari berbagai informasi yang ane dapetkan: beli jajanan jepang mesti hati-hati,
karena banyak olahan nya memakai gelatin dari bahan non-halal (apalagi jajanan
yang manis-manis). Ane harus puas hanya dengan windows shoping saja tanpa
membeli satupun jajanan tersebut.
Jajanan ringan Jepang versi tempo doeloe (1) [pict: jalan2kejepang.com] |
Jajanan ringan Jepang versi tempo doeloe (2) [pict: jalan2kejepang.com] |
Jajanan ringan Jepang versi tempo doeloe (3)[pict: jalan2kejepang.com] |
Jajanan ringan Jepang versi tempo doeloe (4) [pict: jalan2kejepang.com] |
Undian nasib
Ketika berjalan di area tangga,
terdapat suatu keramain yang cukup heboh. Ada satu stand mini yang lagi
dikerubutin beberapa pengunjung. Sempat memperhatikan dengan seksama, namun ane
tetap saja ga ngerti itu apaan. Teman ane pun memberi penjelasan bahwa itu
adalah semacam kotak untuk meramal nasib. Bagaimana cara kerja nya? Masukin sejumlah
yen ke dalam kotak, lalu agan berhak mengocok satu undian yang (katanya)
menentukan nasib keberuntungan agan hari itu. Iseng-iseng ane ikut nyobain deh.
Dan keluarlah salah satu kertas ramalan nasib ane. Namun setelah menelaah
dengan seksama, teman ane yang udah beberapa tahun tinggal di Jepang pun angkat
tangan, kesulitan buat ngartiin tulisannya. Katanya itu bahasa Jepang tingkat
tinggi..wuuiiii.. Ya sudahlah, lagian ane ga percaya dengan yang namanya
ramalan nasib kayak begituan.
Kripik Opak Rasa Baiboi
Di salah satu lantai (kalau ga salah
lantai paling atas), terdapat satu stand khusus tempat jualan berbagai
oleh-oleh dan souvenir bagi pengunjung. Lagi-lagi ane mesti puas cuma dengan
melihat-lihat saja. Ngirit bro..haha.. Cuma muter-muter sana sini sambil
berharap ada semacam tester gratis yang bisa ane coba di sini.
Ramen museum souvenir shop [pict: jalan2kejepang.com] |
Ga disangka, ada seorang pelayan toko
yang menawari “kripik ramen”. Bentuk nya mirip dengan opak yang banyak dijual
di Indonesia. Tiba-tiba temen ane nyamperin, nanya ane lagi makan apa? Dengan
bangga ane perlihatkan kripik ramen di tangan, sambil nunjukin kalau mau
ngambilnya di sebelah sana tuh gratis. Sambil berbisik halus temen ane
mengingatkan itu kan dari ramen bro. Trus kenapa emangnya kalau dari ramen? Lah
ramen kan mengandung baiboi bro. Astagfirullah ane lupa, langsung secara reflek
ane mau ngeluarin makanan dari mulut ane. Tapi ane tahan dulu hingga menjauh
dari stand tersebut baru dibuang (ini sesuai arahan dari teman ane, untuk
menjaga kesopanan, agar pelayan toko tidak tersinggung dan salah persepsi). Duh,
seumur hidup baru kali ini ane makan kripik opak rasa baiboi _._!
Vegetarian Ramen
Tidak lengkap rasanya berkunjung
ke Museum Ramen tanpa mencicipi ramen nya. Namun perlu diperhatikan mayoritas
ramen mengandung bahan dari baiboi (pork), jadi mesti diwaspadai ke-halal-an
nya. Sesuai arahan di brosur, kami bisa memilih dan menentukan ramen mana yang
pake pork, ramen mana yang tidak pake pork (ada logo gambarnya di brosur).
Sesuai kesepakatan bersama temen ane, akhirnya kita sepakat memilih ramen tanpa
pork. Satu-satu nya pilihan tersisa yang menurut kami paling aman untuk
dicicipi adalah vegetarian ramen alias ramen sayuran.
Namun memilih ramen di brosur
tidaklah semudah memilih stand ramen di dunia nyata. Keberhasilan memilih ramen
di brosur tidak serta merta membuat kami berhasil mendapatkan ramen tersebut
dengan mudah. Makin enak dan terkenal stand nya, maka makin rame pembeli/pengunjung
di stand ramen tersebut. Antriannya gilaaa, panjang bangeet, bisa-bisa ngantri
selama 1-2 jam lebih. Duh, kalau kayak gini bisa-bisa separuh waktu perjalanan
ane di Yokohama cuma habis buat ngantri di stand ramen doang. Akhirnya kita
sepakat buat beli ramen di stand ramen yang paling sepi aja, yang antriannya
paling pendek. Di stand yang kami pilih ini kami hanya ngantri sekitar setengah
jam saja.
Stand ramen yang kami pilih |
Setelah ngantri dan memasukan sejumlah
uang di vending machine, semangkok ramen pun akhirnya mendarat di meja ane. Namanya
aja sih yang ramen sayuran, tapi kenyataannya ane ga nemuin sebutir sayuran pun
didalam mangkok, kecuali beberapa irisan daun bawang (jika itu dimasukan dalam kategori
sayuran). Benar-benar ramen polos tok, tanpa aksesoris apapun. Belakangan ane
baru tahu bahwa istilah ramen vegetarian ini hanya untuk membedakan bahwa menu
ini tidak mengandung bahan-bahan hewani.
Vegetarian ramen |
Rasanya cukup enak dan unik. Yang
enak banget tuh mie nya. Kalau bumbunya sih kurang begitu familiar di lidah
ane. Rasanya agak-agak flat gitu. Sempat bikin lidah ane salah tingkah dan mati
gaya segala. Mie ramen yang ini rasanya beda jauh dengan kebanyakan mie ramen
yang di jual di “warung-warung ramen ala jepang” yang ane temui di Indonesia. Hal
unik yang lazim ditemui di “warung-warung ramen ala jepang” di Indonesia: kita
bisa memilih beberapa opsi kepedasan mulai dari level 1 (sedikit pedas) hingga
level 10 (paling pedas). Namun tidak demikian dengan Ramen Museum. Alih-alih
level pedas, kita cukup dihadapi dengan pilihan level ketebalan mie (dari yang
paling tipis hingga paling tebal) dan level kekentalan kuah (dari yang paling
ringan hingga paling kental).
Rincian Biaya
Berikut
ane lampirkan rincian biaya ane
Tips Menggunakan Akses Wifi Gratis di Jepang
Bagi sebagian orang akses
internet sudah menjadi salah satu kebutuhan penting dalam melakukan perjalanan.
Untuk itu perlu rasanya ane share tips mengenai akses internet ini. Buat agan
yang ga mau ribet dan rela membayar lebih, maka agan bisa membeli paket akses
internet dengan berbagai pilihan. Kebetulan saat trip kemaren ane udah bertekad
ga akan mengeluarkan budget lagi buat akses internet (demi mangkas anggaran perjalanan).
Konsekuensinya, kita mesti pinter-pinter manfaatin akses internet gratis. Walaupun
kadangkala agak sedikit repot juga sih..hehe..
Jika agan jeli, dan mau sedikit
berusaha, maka agan bisa menikmati akses wifi gratis yang tersebar di berbagai
tempat di Jepang, antara lain sebagai berikut:
·
Bandara
Setau ane semua bandara
internasional di Jepang sudah dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis. Cara nya
lebih kurang sebagai berikut: minta kode password untuk login wifi gratis ke
bagian informasi, lalu agan registrasi dulu ke web-nya pake alamat email, lalu
setelah login agan bisa pakai akses wifi gratis itu selama berada di area bandara.
Biasanya kalau sudah lebih dari 10 menit tidak digunakan maka akses wifi nya
akan ke blokir otomatis, untuk mengaktifkan maka agan mesti login ulang.
·
Stasiun
kereta
Sayang sekali ane baru ngeh kalau
di stasiun bisa akses wifi gratis setelah melalui beberapa hari perjalanan di
Jepang. Cara nya hampir sama seperti di bandara, agan mesti tau pasword buat
loginnya terlebih dahulu (bisa minta ke bagian informasi atau suka ada di
brosur-brosur yang dijajakan di area stasiun). Oya buat urusan registrasi lebih
baik agan pake alamat email yang singkat, karena durasi registrasi nya cepat
banget. Pernah waktu itu di stasiun kereta di Sendai ane gagal mutlak tiap kali
melakukan registrasi online, gara-gara ngetik hurufnya kelamaan pake ponsel
touchscreen T.T Jika agan punya alamat email yang terdiri dari 3 huruf doang,
maka itu lebih baik :D
·
Hostel /
guest host
Yang paling praktis dan paling
enak adalah make akses wifi gratis di hostel atau guest host atau apapun nama
tempat penginapan nya yang termasuk golongan penginapan low budget buat para
backpacker ataupun para budget traveler. Agan tinggal masukin password doang
tanpa harus registrasi pake email segala (minta pasword ke bagian resepsionis).
Akses internet nya juga lancar dan kenceng banget. Akses internet tersebut bisa
agan pake selama masih berada di kisaran area penginapan. Sebaliknya justru
penginapan kelas atas (hotel) biasanya tidak dilengkapi dengan fasilitas wifi
gratis seperti ini
·
Minimarket
/ convinient store
Agan bisa internetan gratis
sambil mejeng di depan minimarket atau convinient store seperti lawson,
7-eleven, dsb. Kebalikan dari wifi hostel, wifi gratis di minimarket ini tidak
butuh password. Agan hanya perlu registrasi terlebih dahulu pake alamat email
doang, dan ada beberapa biodata yang mesti diisi. Namun dibandingkan yang lain,
make akses wifi gratisan di minimarket ini adalah yang paling-paling-super
ribet buat ane. Karena proses regristrasi nya semua pake bahasa jepang. Ane
gagal make fasilitas ini, setelah nyobain berkali-kali (walaupun sebelumnya
temen ane pernah ngajarin langkah-langkah nge-klik menu nya satu persatu).
Dan diberbagai tempat wisata yang
tersebar di seluruh Jepang. Salah satu nya ramen museum ini, agan juga bisa akses
free-wifi.
Buat agan-agan yang ingin
mengetahui info lebih lanjut mengenai ramen museum bisa baca-baca di website
nya di link berikut:
http://www.raumen.co.jp/english/
Artikel terkait lainnya seputar
Yokohama bisa agan baca di tulisan ane berikutnya disini:
1.
Ramen Museum
2.
Jalan Kaki Keliling Yokohama, seru!
3. Sail Training Ship Nippon Maru & Yokohama Port Museum (masih draft gan :D)
3. Sail Training Ship Nippon Maru & Yokohama Port Museum (masih draft gan :D)
3.
Yamashita Park (yang ini juga masih draft gan :D)
No comments:
Post a Comment